This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, December 8, 2008

Linguistik: Morfologi


Satuan Analisis dalam Morfologi:
Akar, Dasar, dan Pangkal
Makyun Subuki
13 Februari 2005
1. Akar (Root)
Akar adalah bentuk yang tidak dapat dianalisis dalam bagiannya yang lebih kecil (Haspelmath 2002: 19), kecuali secara fonemis (Bauer 1988: 11), dan belum mendapat imbuhan apapun (Katamba 1993: 41). Dalam kata readability, misalnya, terdapat bentuk read, -able, dan -ity. Bentuk -able dan -ity merupakan afiks, sedangkan read adalah akar. Begitupun dalam kata keteraturan, terdapat bentuk ke-an, ter-, dan atur. ke-an, dan ter- merupakan afiks, sedangkan atur atur adalah akar, yaitu bagian struktur kata yang tertinggal apabila semua afiks telah dihilangkan (Robins 1989: 242).
Terdapat dua jenis akar, yaitu: pertama, morfem bebas (free morpheme) atau morfem yang dapat berdiri sendiri (Katamba 1993: 41), yaitu morfem yang tidak membutuhkan morfem lainnya untuk dapat digunakan dalam kalimat (Payne 1997: 22). Akar yang juga merupakan morfem bebas ini terbagi lagi menjadi morfem leksikal atau lexical morpheme dan kata tugas atau function word (Katamba 1993: 41). Morfem leksikal menyatakan sebagian besar makna yang dikandung dalam ujaran, termasuk di dalamnya nomina, adjektiva, verba, dan adverbia (Katamba 1993: 41). Kebanyakan kata tugas merupakan tanda dari informasi gramatikal atau relasi logis dalam kalimat, termasuk di dalamnya artikel, demonstratif, pronomina, dan konjungsi (Katamba 1993: 41-42); dan kedua, morfem terikat (bound morpheme) atau bentuk akar yang tidak dapat berdiri sendiri, yaitu morfem yang muncul dengan sekurang-kurangnya satu morfem lain (Robins 1989: 241), misalnya bentuk -mit pada permit, commit, dan admit atau bentuk –ceive pada perceive, conceive, dan receive.
Tidak semua bahasa memiliki akar berbentuk morfem bebas. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang seluruh akar kata leksikalnya merupakan bentuk terputus dan terikat yang hanya dapat berdiri menjadi kata mandiri setelah mendapatkan transfiks (Bauer 1988: 24), yaitu afiks terputus yang terdapat pada akar yang juga terputus. Misalnya, bentuk k-t-b tidak dapat menjadi kata mandiri yang memiliki arti kecuali setelah mendapatkan transfiks -a-a-a menjadi kataba ‘ia laki-laki (telah) menulis. Dengan demikian, bentuk seperti nomina, verba, dan adjektiva dalam bahasa Arab bukanlah akar sebagaimana klasifikasi dalam bahasa Indonesia dan Inggris, melainkan dasar. Namun, Kilani-Shoch dan Dressler (1984), yang dikutip oleh Bauer (1988: 197), mencoba untuk mendekati bahasa Arab secara lebih natural dengan menganggap transfiks sebagai hasil dari analisis yang keliru. Mereka menganggap bahwa analisis terhadap bahasa Arab lebih baik didasarkan pada analisis terhadap bentuk dasar dan modifikasi internalnya sekaligus. Pendapat ini bisa jadi benar, sebab sebagian besar akar yang berbentuk kata tugas dalam bahasa Arab (harf) merupakan bentuk jamid yang tidak menerima perubahan (Ni’mah tt.: 6), dan tidak dapat dianalisis dengan melepaskan transfik dari akarnya, misalnya ka (كَ) ‘seperti’ tidak dapat dianalisis dalam bagiannya k- dan -a, karena k- tidak identik dengan makna apapun.
2. Dasar (Base)
Dasar adalah setiap bentuk yang dapat dimasuki oleh afiks, baik afiks derivatif maupun afiks inflektif (Katamba 1993: 45). Dasar dapat berupa akar ataupun bentuk yang lebih kompleks dari akar (Bauer 1988: 12). Misalnya dalam kata readability, read adalah akar sekaligus dasar dari readable, sedangkan readable hanya merupakan dasar bagi kata readability. Dengan kata lain, seperti dalam bentuk read pada readable, setiap dasar adalah akar jika ia baru akan mendapat imbuhan untuk pertama kalinya. Dalam bahasa Arab, misalnya, akar ‘-l-m dapat diderivasikan ke berbagai bentuk, misalnya ‘alīm ‘orang yang pandai,’ mu’allim ‘guru,’ ‘ilm ‘ilmu,’ dan ta’allum ‘proses belajar.’
3. Pangkal (Stem)
Pangkal adalah setiap bentuk sebelum mendapat afiks inflektif (Katamba 1993: 45), yaitu afiks yang hanya menentukan dan membatasi fungsi gramatikal dari bentuk kata yang dihasilkannya (Robins 1989: 286). Misalnya, kata dog merupakan pangkal dari kata dogs. Berbeda dengan Katamba (1993: 45) yang hanya menyebut pangkal sebagai dasar dalam konteks morfologi inflektif, Haspelmath (2002: 19) menyebut pangkal sebagai dasar, baik dalam konteks morfologi inflektif maupun sebagai derivasi dari bentuk tertentu. Misalnya, bentuk act adalah pangkal yang juga akar dan dasar dari kata active, dan bentuk active adalah dasar dan pangkal kata activity. Dalam bahasa Arab, seluruh verba sudah pasti bukan pangkal, karena bentuk verba yang paling sederhana terdiri atas susunan pelaku-perbuatan, misalnya dlaraba ‘ia laki-laki (telah) memukul,’ yadrisu ‘ia laki-laki belajar,’ dan kataba ‘ia laki-laki (telah) menulis.’ Namun melalui transfiksasi, yang kadang dapat disertai afiks lainnya, bentuk akar dalam bahasa Arab dapat diderivasikan dan diinfleksikan ke berbagai bentuk, misalnya akar s-l-m- dapat diberi prefiks mu- dan transfiks –i- menjadi muslim ‘orang Islam,’ dan bentuk muslim dapat diberi sufiks –ūna atau –h (ta marbuthah) menjadi muslimūna ‘orang Islam (jamak)’ dan muslimah ’muslim perempuan.’ Bentuk s-l-m- merupakan dasar, akar, dan juga pangkal dari kata muslim, dan bentuk muslim merupakan dasar dan pangkal dari kata muslimuna dan muslimah.
Daftar Acuan
Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Fromkin, Victoria, Robert Rodman, dan Nina Hyams. 2003. An Introduction to Language (edisi ketujuh). Boston: Thomson Heinle.
Haspelmath, Martin. 2002. Understanding Morphology. New York: Oxford University Press Inc.
Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: The Macmillan Press Ltd.
Ni’mah, Fuad. tt.. Mulakhas Qawā’id al-Lughah al-‘Arabiyah. Beirut: Dār ats-Tsaqāfah al-Islāmiyah.
Payne, Thomas E. 1997. Describing Morphosyntax: A Guide for Field Linguists. Cambridge: Cambridge University Press.
Robins. R.H. 1989/1995. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Terjemahan General Linguistic: An Introductory Survey oleh S. Djajanegara. Yogyakarta: Kanisius